DARI MANA ASAL CAHAYA KUNANG KUNANG, MARI KITA LIHAT FAKTA NYA

Yo gais selamat datang di jagat Maya, 

Dari mana asalnya cahaya kunang kunang,


Kunang-kunang adalah sejenis serangga yang dapat mengeluarkan cahaya yang jelas dan terlihat saat malam hari. cahaya tersebut tidak menggunakan baterai, tidak pakai aliran listrik sehingga tidak pernah beli token PLN, tidak bayar PDAM, 

EH sori kelabasan gais,



Kunang-kunang adalah salah satu serangga favorit banyak orang, kerena kemunculannya bisa membuat malam lebih indah. 

Kunang-kunang sungguh begitu memorable karena mereka pernah menghiasi kemeriahan malam-malam kami di kampung yang dulu gelap gulita dikarenakan belum adanya listrik tuk menyinari. Bersama mereka, kami menjalani malam-malam yang romantis. 

Pada malam-malam tertentu, kunang-kunang hadir begitu meriah mempertontokan kerlipan cahaya dan tidak kenal lelah terbang ke sana ke mari menjadikan malam begitu indah dan terasa megah.

Meskipun terkadang takut juga sih, karena termakan mitos bahwa kunang-kunang berasal dari kuku orang mati. 


Lalu  kemanakah kunang-kunang itu perginya? 

Naah sebuah Kisah kunang-kunang malang yang terabaikan dan tergusur oleh sikap dan prilaku egois manusia, sungguh menyedihkan.

kesedihan di alam sekitar yang kini telah berubah di mana Musim semi yang biasanya meriah dan riuh para binatang 

 tapi di pagi musim semi itu justru sangat sepi. Kemanakah gerangan burung-burung, serangga, dan binatang lain perginya secara tiba-tiba? 



Jawabannya, sangat menyedihkan. 

Ternyata mereka semua tidak lagi dapat bersuara karena sedang menderita sakit bahkan mati bergelimpangan karena efek berantai penggunaan pestisida yang tidak terkontrol. Jadilah, pagi itu musim semi yang sunyi, dan tersunyi dari musim-musim semi sebelumnya.

Begitupun  fenomena menghilangnya kemeriahan bias sinar kunang-kunang di malam hari, 

Menjadi Malam yang sendu dan suram. Malam-malam penuh cahaya alam nan natural dan syahdu kini tergantikan cahaya lampu yang gemerlapan dan masif, yang justru disinyalir sebagai salah satu faktor penyebab kepunahan kunang-kunang. Cahaya buatan yang dimaksud para peneliti mencakup pencahayaan langsung, seperti lampu dan papan iklan, serta skyglow yang merupakan pencahayaan pada malam hari yang menyebar dan biasanya tampak lebih terang daripada bulan purnama.

Namun faktor penyebab utama punahnya kunang-kunang adalah hilangnya habitat “special” kunang-kunang, yaitu sebuah habitat alaminya yang harus bebas dari jenis pupuk ataupun pestisida sintetis. 

Selain itu kunang-kunang menyukai  tempat yang memiliki kelembapan tinggi, cenderung basah, dan hangat seperti hutan basah, rawa-rawa, sepanjang tepian sungai, lahan perkebunan dan lahan tanaman padi. Berdasarkan karakteristik tersebut, kunang-kunang sering dijadikan bio-indikator lingkungan alami dan bersih. Sebab, kunang-kunang merupakan serangga yang sangat sensitif/rentan terhadap degradasi dan pencemaran lingkungan.

Lalu, bagaimana dengan pendapat bahwa kunang-kunang banyak tinggal di kuburan karena berasal dari kuku orang mati? Itu mitos atau fakta? 

Dua-duanya, kunang-kunang secara  fakta menyukai tinggal di kuburan karena tanah kuburan beberapa tahun lalu adalah tanah yang relatif steril, yang bebas dari penggunaan pupuk organik dan pestisida (bukan karena berkembang biak dari kuku orang mati). Namun seiring perkembangan zaman dengan mudah murahnya  membeli pestisida, maka untuk menyiangi rumput-rumput yang tumbuh di pemakaman tidak lagi menggunakan cangkul  tapi pestisida rumput (herbisida). Telur dan larva kunang-kunang pun mati dan terkubur di kuburan manusia, 

tragis bukan!

Di tempat lain pun begitu, malah lebih parah. Hampir semua sawah dan kebun kita kini penuh dengan pupuk sintetetis dan residu kimia pestisida. Saatnya, kita mengucapkan selamat jalan kepada kunang-kunang dari kampung ataupun kota yang kita tinggali seraya meminta maaf atas apa yang telah kita lakukan kepada mereka. Sambil berharap semoga mereka dapat menemukan tempat baru yang lebih homy dan menjamin keberlangsungan kehidupannya.


Naah ngomong ngomong  dari mana asal cahaya berwarna hijau atau kuning itu? 

Menurut penelitian, cahaya itu bukan berasal dari dunia gaib.

Ya, ilmuwan Universitas Yale dan Buffalo, serta Institut Hauptman-Woodward mengatakan cahaya itu diciptakan di bagian perut bawah kunang-kunang yang disebut dengan 'lentera'. Di bagian lentera itu, menurut ilmuwan, terjadi ada dua zat kimia unik milik kunang-kunang, yakni luciferin dan adenosine triphosphate (ATP).

Nah, jika kedua zat kimia itu bersatu dan bertemu dengan oksigen yang dihirup oleh kunang-kunang, maka reaksi kimia yang terjadi bisa menghasilkan cahaya. Proses yang sama juga terjadi pada hewan yang bisa bersinar lain, misalnya cacing 'glow worm

Cahaya yang menyala di bagian ujung belakang kunang kunang  dihasilkan oleh "sinar dingin" yang tidak mengandung ultraviolet maupun sinar inframerah dan memiliki panjang gelombang 510 sampai 670 nanometer, dengan warna merah pucat, kuning, atau hijau, dengan efisiensi sinar sampai 96%.

Kunang-kunang termasuk dalam golongan Lampyridae yang merupakan famili dalam ordo kumbang Coleoptera. Ada lebih dari 2000 spesies kunang-kunang, yang dapat ditemukan di daerah empat musim dan tropis di seluruh dunia. Banyak sepesies ini yang ditemukan di rawa atau hutan yang basah di mana tersedia banyak persediaan makanan untuk larvanya.

Kunang-kunang, yang memancarkan sinar untuk saling mengenali atau untuk memberi tanda kawin, menggunakan panjang gelombang sinar yang berbeda, tergantung pada spesiesnya. Selain itu, pada beberapa spesies, kunang-kunang jantan yang mula-mula menyorotkan sinar untuk menarik sang betina, sementara pada spesies lainnya, sang betina yang “memanggil.” Sebagian kunang-kunang menggunakan cahaya mereka untuk mempertahankan diri. Mereka mengeluarkan sinar sebagai tanda pada musuh bahwa mereka bukan makanan yang lezat.

Bagi kunang-kunang kelompok Photuris, cahaya mereka berperan pula dalam perburuan. Betina jenis ini dapat meniru kerlipan sinyal cahaya yang dipancarkan betina jenis lain, misalnya Photuris. Dengan sinyal cahaya palsu ini, kunang-kunang jantan jenis Photuris pun terjebak dan dimakan oleh Photuris betina.

Cahaya kunang-kunang berperan pula sebagai tanda peringatan, untuk memperingatkan antar-sesama jenisnya tentang ancaman bahaya, maupun peringatan bagi serangga dan burung pemangsa agar tidak memakannya. Sebab, zat pemicu pembentukan cahaya kunang-kunang berasa pahit. Kalaupun ada serangga pemangsa yang nekad, mereka biasanya memakan tubuh kunang-kunang dari bagian kepala, terus hingga ke bagian belakang, kecuali bagian perut yang tidak dimakannya.

cahaya yang muncul di ekor kunang-kunang jantan dan betina itu ternyata adalah alat untuk berkomunikasi ketika masa kawin tiba. Menariknya, kunang-kunang jantan memiliki cara unik untuk menggaet si betina. Pejantan yang jumlahnya bisa mencapai ribuan akan mengedipkan cahaya di ekor dengan serentak beberapa kali sebagai sinyal siap kawin.

Berbeda dengan pejantan yang harus bersusah payah, si betina tidak perlu repot dalam menentukan pilihan. Apabila si betina menemukan pejantan yang cocok, dia hanya perlu mengedipkan cahaya satu kali.







Komentar

Populer